PENGEMBANGAN
WISATA
PABRIK GULA
GONDANG BARU KLATEN
Di
Susun Oleh :
Fuad
Nasir Al Falaq
YOGYAKARTA
2013
Absraksi
Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat mengenal gula sebagai salah satu bahan pokok yang
diproduksi untuk kemudian dikonsumsi menjadi berbagai hal dalam mencukupi
kebutuhan pangan. Karena begitu pentingnya keberadaan gula bagi manusia maka
suatu semboyan bahasa dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan menyebutkan bahwa, “dimana ada gula disitu ada semut”. Tentunya makna filosofi yang
terkandung didalam pernyataan tersebut tidak semata-mata dimaknai untuk
mempersamakan manusia dengan semut akan tetapi dengan karaktersitik produksi
gula yang memiliki rasa manis secara filosofis mengajarkan berbagai hal untuk
menghasilkan suatu produksi gula yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Adapun nilai-nilai kearifan lokal
sebagaimana dimaksud akan nampak terlihat secara nyata pada proses penanaman
tebu (sama halnya dengan gula aren) sampai pada masa pasca panen dan pengolahan
menjadi produksi gula massal antara lain adalah ajaran tata nilai tentang
kesabaran (yaitu mengajarkan untuk menata niat saat menanam mulai dari memilih
bahan yang berkualitas, masa tanam, dan metode tanam), kejujuran, keterbukaan,
kepercayaan, ketelitian, kehati-hatian, keramahan terhadap lingkungan,
kepedulian sosial, kreatifitas, serta manajemen produksi serta distribusi yang
kesemuanya merupakan tata nilai kearifan lokal yang harus senantiasa dipupuk
untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pabrik gula
yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena
itu keselarasan terhadap tata nilai sebagaimana dimaksud sangat relevan untuk
dijadikan sebagai landasan budaya kerja sekaligus landasan filosofis bisnis
perusahaan (company business philosophy)
bagi produsen gula yang oleh karenanya perlu dilakukan transformasi pembaruan
terhadap peningkatan budaya kerja yang selama ini sudah ada di PTPN.
Yogyakarta,
25 Januari 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan pariwisata di Indonesia semakin
pesat. Berbagai daerah berlomba-lomba untuk menunjukkan berbagai keindahan
tempat masing-masing. Dari keindahan tersebut lahirlah sebuah tempat wisata
yang dapat menambah pendapatan daerah.. Berbagai tempat wisata umumnya masih
mengandung nilai-nilai yang khas dan sejarah dari suatu daerah tersebut. Oleh
karena itu, banyak pengunjung dari luar daerah tertarik untuk mengunjungi
berbagai tempat wisata tersebut. Salah satunya adalah wisata sejarah pabrik
gula Gondang Baru Klaten.
1.2 Rumusan Masalah
Pengembangan pariwisata di Daerah merupakan suatu hal
yang sangat penting mendapat perhatian khusus, karena pariwisata dapat
meningkatkan pendapatan suatu daerah tersebut. Namun, dalam hal pengembangan
pariwisata harus memperhatikan prosedur yang tepat agar pengembangan tersebut
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu kita perlu mengetahui
bagaimanakah upaya tersebut dapat dilakukan.
1.3 Tujuan
1.3.1
Mangetahui informasi singkat mengenai suatu Daerah
(Klaten)
1.3.2
Mengetahui tempat wisata sejarah pabrik gula Gondang
Baru Klaten.
1.3.3
Mengetahui potensi wisata sejarah pabrik gula Gondang
Baru Klaten.
1.3.4
Mengetahui strategi pengembangan wisata sejarah pabrik
gula Gondang Baru Klaten.
1.4 Manfaat
Penulisan
1.4.1
Bagi Penulis :
a. Sebagai
wahana untuk melatih penulis dalam pembuatan karya tulis.
b. Mengetahui
Potensi wisata sejarah pabrik gula di suatu daerah.
1.4.2
Bagi Pembaca :
a. Menambah
wawasan pembaca mengenai potensi wisata sejarah pabrik gula di suatu daerah.
b. Memotivasi
pembaca agar ikut serta dalampengembangan wisata tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Kabupaten Klaten
Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di
antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan.
Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56
km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan
berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di
sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta)
dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali.
Menurut topografi
kabupaten Klaten terletak di antara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan
ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi
wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan
wilayah berbukit di bagian selatan.
Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten
Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang
bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air
laut. 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan
12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim
tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun,
temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata
sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari
(350mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm)
Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah
dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan,
bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di
jalur utama Solo-Yogyakarta.
2.2 Sejarah Pabrik Gula Gondang Baru
Pabrik
Gula (PG) Gondang Baru terletak di Jalan Jogja – Solo, Desa Plawikan, Kecamatan
Jogonalan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, atau sekitar 5 km dari Kota
Klaten menuju ke arah Yoyakarta.
PG Gondang Baru semula bernama PG Gondang Winangoen
didirikan pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultuur Maatschappij yang
berkedudukan di Amsterdam, Netherland. Pabrik ini dikelola oleh NV Mirandolle
Vaute dan Co yang berkedudukan di Semarang. PG Gondang Winangoen pada tahun
1930 – 1935 tidak beroperasi karena adanya krisis ekonomi dan kemudian pabrik
ini kembali beroperasi 1935 – 1942 di bawah pimpinan Boerman dan MFH Breemers,
warga negara Belanda.
Mula pertama pabrik ini menggunakan turbin air sebagai
penggerak mesinnya. Setelah James Watt menemukan mesin uap, maka untuk
memperbesar kapasitas giling digunakanlah mesin uap sebagai penggerak utama.
Mesin uap
tertua di pabrik ini adalah B. Lahaye
& Brissoneauf buatan Perancis tahun
1884 yang sampai saat ini masih bisa berfungsi dengan baik. Demikian juga
mesin-mesin lain peninggalan abad 19 yang masih relatif baik dan menghasilkan
gula bermutu tinggi sehingga merupakan daya tarik bagi wisatawan.
Pada tahun 1942 – 1945 Jepang menduduki Indonesia
sehingga PG Gondang Winangoen ini juga dikuasai oleh pemerintah Jepang dengan
pimpinan pabrik dipegang oleh Niskia dan Inogaki tetapi masih dibantu oleh MFN
Breemers.
Pada tahun
1945 setelah revolusi kemerdekaan Indonesia, maka pabrik gula ini menjadi milik
pemerintah Republik Indonesia (RI), dan untuk proses pengelolaannya diserahkan
kepada Badan Penyelenggara Perusahaan Negara (BPPGN) yang dipegang oleh Bapak
Doekoet (1945 – 1948).
Pada tahun 1948, ketika terjadi perselisihan ke-2, pabrik tidak
beroperasi. Baru pada tahun 1950 pabrik mulai beroperasi kembali. PG Gondang
Winangoen pada bulan Desember 1957 diubah menjadi PG Gondang Baru dengan bentuk
Badan Perusahaan Perseroan Terbatas (PT), yang dikuasai dan diawasi oleh PPN
Unit Semarang dan pimpinan dipegang oleh R. Imam Sopeno. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 164 tanggal 1 Juli 1964, PT. PG Gondang Baru dimasukkan ke
dalam PPN Jateng V di Solo, selanjutnya diubah namanya menjadi PG Gondang Baru.
Lalu, dengan adanya PP No. 14 tanggal 13 April 1968
maka PPN Jateng V dibubarkan dan dibentuk Perusahaan Negara Perkebunan (PNP)
XVI yang berkedudukan di Solo, di mana PG Gondang Baru termasuk ke dalam
wilayah ini. Kemudian dengan adanya PP No. 11 tanggal 1 April 1981 PNP XVI
dibubarkan dan digabungkan ke dalam PTP XV-XVI (Persero) yang berkedudukan di
Solo.
Sejak 9 Mei 1994 PTP XV-XVI (Persero) dikelola oleh
PTP XXI-XXII dan selaku direksi berkedudukan di Surabaya, dan pada tahun 1996
PG Gondang Baru masuk PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) hingga sekarang.
2.3 Potensi
Wisata Pabrik Gula Gondang Baru
Beranjak dari ajaran tata nilai kearifan
lokal dalam proses produksi gula sebagaimana inti dari abstraksi diatas
nampaknya keberadaan gula, petani, dan pabrik gula memiliki hubungan yang
sinergis dan strategis untuk dilakukan pengembangan (diversifikasi) yang tidak hanya berorientasi pada motif ekonomi
(keuntungan) semata akan tetapi juga mengajarkan secara massif kepada khalayak
tentang pentingnya keberlanjutan industri gula bagi generasi muda sebagai
tonggak generasi pembangunan dimasa yang akan datang. Memang harus diakui bahwa
secara ekonomis target realisasi 538 ton pada tahun 2013 harus terus
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan gula sebagai bahan pokok. Akan tetapi
yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian institusi untuk menciptakan
keselarasan lingkungan dan sosial bagi peningkatan diversifikasi industri gula dalam skala lokal, regional, nasional,
bahkan internasional melalu strtaegi pengembangan industri gula yang
berlandaskan pada wisata kesejarahan pabrik gula nusantara.
Sebagai salah satu peninggalan penjajah (Belanda),
Pabrik Gula Gondang Baru ini dapat menjadi alternatif wisata sejarah yang
menarik di Jawa Tengah khususnya Kabupaten Klaten, mengingat bangunan pakbrik
itu sendiri dan berbagai peninggalan kuno nan klasik seperti lokomotif tua dan
mesin-mesin tua pembuat gula pada masa itu tentunya. Peninggalan-peninggalan
tersebut memiliki nilai jual yang sangat tinggi apabila dapat dimanfaatkan
dengan baik.
Baru-baru ini pengelola pabrik gula tersebut
mengembangkan wisata menarik untuk masyarakat diantaranya 1) Kunjungan kebun
tebu dan Pabrik, 2) Museum dan Perpustakaan, 3) Auditorium, 4) Alat Transportasi
Pengangkut Tebu Tempo Dulu, Coffee Shop dan area bermain untuk anak-anak, di pabrik gula
tersebut dapat dijumpai kereta mini yang dapat mengangkut pengunjung yang ingin
mengelilingi area pakbrik gula tersebut, tentu saja hal ini sangat menarik bagi
masyarakat yang menginginkan wisata alternatif.
Akses yang mudah serta bertepat di pinggir jalan raya
Jogja-Solo membuat tempat ini dengan mudah disaksikan oleh para pengendara yang
melewati jalan itu, dengan tema kuno klasik tempat ini terlihat indah ditambah
dengan pepohonan rindang yang menambah suasana tempat ini nyaman dikunjungi.
Pengunjung terbanyak adalah anak-anak sekolah tingkat TK dan SD untuk
berekreasi dan mencoba berkeliling dengan kereta mini yang ditawarkan oleh
pengelola tempat tersebut.
Adapun harga tiket masuk yang sangat
terjangkau membuat tempat wisata ini semakin digemari masyarakat. Selain untuk
berwisata, tempat ini ternyata juga dapat dijadikan untuk foto pre-wedd bagi
yang menginginkan konsep foto kuno klasik, tidak hanya pre-wedd namun
juga berbagai jenis pemotretan dapat menggunakan tempat yang kaya akan sejarah
tersebut.
2.4 Strategi
Pengembangan Pabrik Gula dan Pemasaran
·
Model
pengembangan Educultural-Tourism
Model pendekatan pendidikan dan
budaya (Educultural) sebagaimana
dimaksud ditawarkan sebagai sarana yang efektif untuk mengakomodir pengembangan
tata nilai, budaya, dan kesejarahan dalam konteks pembangunan obyek
kepariwisataan pabrik gula. Sebagai salah satu aspek pembangunan maka sektor
wisata pendidikan akan memberikan peran penting bagi terwujudnya generasi masa
depan bangsa yang tercerahkan. Diri sisi pendidikan jelas akan memberikan
kontribusi yang sangat penting dan berharga khususnya dalam hal pencerdasan
warga negara. Pada konteks tersebut Pengarusutamaan wisata pendidikan merupakan
penegasan dan pengutamaan tugas-tugas dan misi suci (mission sacre) pendidikan pada aspek pengembangan sikap (afektif) pada ”sistem nilai budaya” dan
”sikap” atau sikap mental, selain aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik).
Pengetahuan (kongnitif) dan Keterampilan (psikomotorik) adalah suatu kemampuan
yang penting di miliki oleh generasi muda dalam menyambut masa depan bangsa.
Beranjak dari
pengertian diatas maka langkah strategis yang dapat ditempuh sebagai model
pengembangan wisata sejarah berbasis pendidikan dan budaya antara lain:
Pertama, Melakukan perbaikan
infrastruktur pengembangan wisata sejarah pendidikan dan budaya pabrik gula di
daerah. Sebagai contoh mengoptimalkan dokumentasi, ensiklopedia, sarana dan
prasarana yang ada serta mempersiapkan pedoman (guidence) yang memberikan dasar-dasar produksi gula pada saat masa
tanam sampai pada masa produksi sekaligus menjamin ketersediaan pemandu wisata (guide) yang kesemuanya di era teknologi
informasi saat ini stragtegi promosi yang dilakukan dapat melalui berbagai
media digital, cetak dan elektronik. Dengan demikian obyek wisata sejara pabrik
gula yang berbasis pendidikan dapat dinikmati oleh berbagai komponen masyarakat
maupun institusi pendidikan baik pada tingkat dasar, menengah, atas bahkan
perguruan tinggi.
Demikian halnya potensi wisata yang
telah dikembangkan oleh pabrik gula pangka maupun pabrik gula gondang baru PTPN
IX yang menyediakan fasilitas wisata berupa 1) kunjungan kebun tebu dan Pabrik,
2) Museum dan Perpustakaan, 3) Auditorium, 4) Alat Transportasi Pengangkut Tebu
Tempo Dulu, Coffee Shop. Lebih lanjut dengan adanya fasilitas yang sudah ada
nampaknya perlu untuk dikembangkan suatu kawasan sentra strategis obyek wisata
industri gula dengan memasrkan berbagai produk gula yang murah dan berkualitas.
Dengan demikian diharapkan daya tarik obyek wisata sejarah pabrik gula akan
mampu memikat kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Kedua, Bahwa berdasarkan ketentuan
UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutukan bahwa Kepariwisataan
adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Oleh karena itu
pengembangan wisata sejarah pabrik gula berbasis pada pendidikan dan budaya
harus diarahkan pada upaya terwujudnya sinergitas dan koordinasi dengan
Pemerintah, Pemerintah daerah dari sisi kebijakan dan anggaran (budget), maupun dunia usaha dari sisi
investasi sehingga tujuan daripada model pengembangan wisata sejarah pabrik
gula berbasis pada pendidikan dan budaya akan mampu untuk 1) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi; 2) meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3) menghapus kemiskinan; 4) mengatasi
pengangguran; 5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; 6) memajukan kebudayaan; 7) mengangkat citra
bangsa; 8) memupuk rasa cinta tanah air; 9) memperkukuh jati diri dan kesatuan
bangsa; dan 10) mempererat persahabatan antarbangsa sebagaimana amanat
kebijakan dan regulasi nasional di bidang kepariwisataan.
Ketiga, dalam usaha pengembangan
wisata sejarah pabrik gula maka di butuhkan komitmen dan keseriusan untuk
membuka diri melalui strategi manajemen keterbukaan (open management) sehingga menjadikan kawasan wisata pabrik gula
sebagai zona riset yang dapat dimanfaatakan oleh berbagai kalangan antara lain
perguruan tinggi maupun lembaga riset untuk kepentingan penelitian lintas
displin ilmu pengetahuan yang pada prinsipinya hasil dari pada penelitian
dimaksud diarahkan untuk dapat dimanfaatkan dan berkontribusi bagi pengembangan
iklim ekonomi yang kondusif dengan berbagai model temuan, kreatifitas dan
rekayasa pengembangan guna menopang peningkatan produktifitas dan kemajuan
wisata sejarah berbasis pendidikan dan budaya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka
tiga pilar strategi pengembangan dan pemasaran terhadap obyek wisata pabrik gula
yang berbasis pada pendidikan dan budaya diharapakan mampu memperluas pangsa
pasar produksi gula yang tidak hanya diukur dari sisi kuantitas semata akan
tetapi sebagai institusi keberadaan pabrik gula juga memiliki kepekaan untuk
menumbuh kembangkan tata nilai warisan kearifan lokal (local wisdom) sehingga kedepan wisata sejarah pabrik gula berbasis
pendidikan dan budaya akan mampu dikembangkan lebih lanjut menjadi warisan
budaya menuju ke arah kearifan global (global
wisdom).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sebagai salah satu wisata
sejarah, pabrik gula adalah suatu tempat yang mempunyai daya tarik tersendiri
bagi masyarakat, serta memiliki nilai jual tinggi apabila dikelola secara tepat
dan maksimal. Pengembangan potensi wisata sejarah pabrik gula ini sangat
bermanfaat untuk daerah setempat karena dapat meningkatkan perekonomian daerah
tersebut, maka dari itu sudah selayaknya potensi-potensi yang ada dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya guna kemaslahatan manusia.
0 komentar:
Posting Komentar