PENGEMBANGAN WISATA PABRIK GULA GONDANG BARU KLATEN

Kamis, 31 Januari 2013 0 komentar

PENGEMBANGAN WISATA
PABRIK GULA GONDANG BARU KLATEN














 












Di Susun Oleh :
Fuad Nasir Al Falaq

YOGYAKARTA
2013

Absraksi

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat mengenal gula sebagai salah satu bahan pokok yang diproduksi untuk kemudian dikonsumsi menjadi berbagai hal dalam mencukupi kebutuhan pangan. Karena begitu pentingnya keberadaan gula bagi manusia maka suatu semboyan bahasa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan menyebutkan bahwa, “dimana ada gula disitu ada semut”. Tentunya makna filosofi yang terkandung didalam pernyataan tersebut tidak semata-mata dimaknai untuk mempersamakan manusia dengan semut akan tetapi dengan karaktersitik produksi gula yang memiliki rasa manis secara filosofis mengajarkan berbagai hal untuk menghasilkan suatu produksi gula yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

            Adapun nilai-nilai kearifan lokal sebagaimana dimaksud akan nampak terlihat secara nyata pada proses penanaman tebu (sama halnya dengan gula aren) sampai pada masa pasca panen dan pengolahan menjadi produksi gula massal antara lain adalah ajaran tata nilai tentang kesabaran (yaitu mengajarkan untuk menata niat saat menanam mulai dari memilih bahan yang berkualitas, masa tanam, dan metode tanam), kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, ketelitian, kehati-hatian, keramahan terhadap lingkungan, kepedulian sosial, kreatifitas, serta manajemen produksi serta distribusi yang kesemuanya merupakan tata nilai kearifan lokal yang harus senantiasa dipupuk untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pabrik gula yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu keselarasan terhadap tata nilai sebagaimana dimaksud sangat relevan untuk dijadikan sebagai landasan budaya kerja sekaligus landasan filosofis bisnis perusahaan (company business philosophy) bagi produsen gula yang oleh karenanya perlu dilakukan transformasi pembaruan terhadap peningkatan budaya kerja yang selama ini sudah ada di PTPN.             






                                                                                          Yogyakarta, 25 Januari 2013









BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
            Dewasa ini, perkembangan pariwisata di Indonesia semakin pesat. Berbagai daerah berlomba-lomba untuk menunjukkan berbagai keindahan tempat masing-masing. Dari keindahan tersebut lahirlah sebuah tempat wisata yang dapat menambah pendapatan daerah.. Berbagai tempat wisata umumnya masih mengandung nilai-nilai yang khas dan sejarah dari suatu daerah tersebut. Oleh karena itu, banyak pengunjung dari luar daerah tertarik untuk mengunjungi berbagai tempat wisata tersebut. Salah satunya adalah wisata sejarah pabrik gula Gondang Baru Klaten.

1.2        Rumusan Masalah
            Pengembangan pariwisata di Daerah merupakan suatu hal yang sangat penting mendapat perhatian khusus, karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan suatu daerah tersebut. Namun, dalam hal pengembangan pariwisata harus memperhatikan prosedur yang tepat agar pengembangan tersebut dapat memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimanakah upaya tersebut dapat dilakukan.

1.3  Tujuan

1.3.1        Mangetahui informasi singkat mengenai suatu Daerah (Klaten)
1.3.2        Mengetahui tempat wisata sejarah pabrik gula Gondang Baru Klaten.
1.3.3        Mengetahui potensi wisata sejarah pabrik gula Gondang Baru Klaten.
1.3.4        Mengetahui strategi pengembangan wisata sejarah pabrik gula Gondang Baru Klaten.

1.4  Manfaat Penulisan

1.4.1        Bagi Penulis :
a.       Sebagai wahana untuk melatih penulis dalam pembuatan karya tulis.
b.      Mengetahui Potensi wisata sejarah pabrik gula di suatu daerah.

1.4.2        Bagi Pembaca :
a.       Menambah wawasan pembaca mengenai potensi wisata sejarah pabrik gula di suatu daerah.
b.      Memotivasi pembaca agar ikut serta dalampengembangan wisata tersebut.






BAB II

PEMBAHASAN


2.1       Sejarah Singkat Kabupaten Klaten

Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan.
Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali.
Menurut topografi kabupaten Klaten terletak di antara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan.
Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm)
Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.

2.2       Sejarah Pabrik Gula Gondang Baru

            Pabrik Gula (PG) Gondang Baru terletak di Jalan Jogja – Solo, Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, atau sekitar 5 km dari Kota Klaten menuju ke arah Yoyakarta.
PG Gondang Baru semula bernama PG Gondang Winangoen didirikan pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultuur Maatschappij yang berkedudukan di Amsterdam, Netherland. Pabrik ini dikelola oleh NV Mirandolle Vaute dan Co yang berkedudukan di Semarang. PG Gondang Winangoen pada tahun 1930 – 1935 tidak beroperasi karena adanya krisis ekonomi dan kemudian pabrik ini kembali beroperasi 1935 – 1942 di bawah pimpinan Boerman dan MFH Breemers, warga negara Belanda.
Mula pertama pabrik ini menggunakan turbin air sebagai penggerak mesinnya. Setelah James Watt menemukan mesin uap, maka untuk memperbesar kapasitas giling digunakanlah mesin uap sebagai penggerak utama.
Mesin uap tertua di pabrik ini adalah  B. Lahaye & Brissoneauf  buatan Perancis tahun 1884 yang sampai saat ini masih bisa berfungsi dengan baik. Demikian juga mesin-mesin lain peninggalan abad 19 yang masih relatif baik dan menghasilkan gula bermutu tinggi sehingga merupakan daya tarik bagi wisatawan.

Pada tahun 1942 – 1945 Jepang menduduki Indonesia sehingga PG Gondang Winangoen ini juga dikuasai oleh pemerintah Jepang dengan pimpinan pabrik dipegang oleh Niskia dan Inogaki tetapi masih dibantu oleh MFN Breemers.
Pada tahun 1945 setelah revolusi kemerdekaan Indonesia, maka pabrik gula ini menjadi milik pemerintah Republik Indonesia (RI), dan untuk proses pengelolaannya diserahkan kepada Badan Penyelenggara Perusahaan Negara (BPPGN) yang dipegang oleh Bapak Doekoet (1945 – 1948).

Pada tahun 1948, ketika terjadi perselisihan ke-2, pabrik tidak beroperasi. Baru pada tahun 1950 pabrik mulai beroperasi kembali. PG Gondang Winangoen pada bulan Desember 1957 diubah menjadi PG Gondang Baru dengan bentuk Badan Perusahaan Perseroan Terbatas (PT), yang dikuasai dan diawasi oleh PPN Unit Semarang dan pimpinan dipegang oleh R. Imam Sopeno. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 164 tanggal 1 Juli 1964, PT. PG Gondang Baru dimasukkan ke dalam PPN Jateng V di Solo, selanjutnya diubah namanya menjadi PG Gondang Baru.
           
Lalu, dengan adanya PP No. 14 tanggal 13 April 1968 maka PPN Jateng V dibubarkan dan dibentuk Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XVI yang berkedudukan di Solo, di mana PG Gondang Baru termasuk ke dalam wilayah ini. Kemudian dengan adanya PP No. 11 tanggal 1 April 1981 PNP XVI dibubarkan dan digabungkan ke dalam PTP XV-XVI (Persero) yang berkedudukan di Solo.

Sejak 9 Mei 1994 PTP XV-XVI (Persero) dikelola oleh PTP XXI-XXII dan selaku direksi berkedudukan di Surabaya, dan pada tahun 1996 PG Gondang Baru masuk PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) hingga sekarang.


2.3 Potensi Wisata Pabrik Gula Gondang Baru

            Beranjak dari ajaran tata nilai kearifan lokal dalam proses produksi gula sebagaimana inti dari abstraksi diatas nampaknya keberadaan gula, petani, dan pabrik gula memiliki hubungan yang sinergis dan strategis untuk dilakukan pengembangan (diversifikasi) yang tidak hanya berorientasi pada motif ekonomi (keuntungan) semata akan tetapi juga mengajarkan secara massif kepada khalayak tentang pentingnya keberlanjutan industri gula bagi generasi muda sebagai tonggak generasi pembangunan dimasa yang akan datang. Memang harus diakui bahwa secara ekonomis target realisasi 538 ton pada tahun 2013 harus terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan gula sebagai bahan pokok. Akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian institusi untuk menciptakan keselarasan lingkungan dan sosial bagi peningkatan diversifikasi industri gula dalam skala lokal, regional, nasional, bahkan internasional melalu strtaegi pengembangan industri gula yang berlandaskan pada wisata kesejarahan pabrik gula nusantara.
           
Sebagai salah satu peninggalan penjajah (Belanda), Pabrik Gula Gondang Baru ini dapat menjadi alternatif wisata sejarah yang menarik di Jawa Tengah khususnya Kabupaten Klaten, mengingat bangunan pakbrik itu sendiri dan berbagai peninggalan kuno nan klasik seperti lokomotif tua dan mesin-mesin tua pembuat gula pada masa itu tentunya. Peninggalan-peninggalan tersebut memiliki nilai jual yang sangat tinggi apabila dapat dimanfaatkan dengan baik.

Baru-baru ini pengelola pabrik gula tersebut mengembangkan wisata menarik untuk masyarakat diantaranya 1) Kunjungan kebun tebu dan Pabrik, 2) Museum dan Perpustakaan, 3) Auditorium, 4) Alat Transportasi Pengangkut Tebu Tempo Dulu, Coffee Shop dan area bermain untuk anak-anak, di pabrik gula tersebut dapat dijumpai kereta mini yang dapat mengangkut pengunjung yang ingin mengelilingi area pakbrik gula tersebut, tentu saja hal ini sangat menarik bagi masyarakat yang menginginkan wisata alternatif.

Akses yang mudah serta bertepat di pinggir jalan raya Jogja-Solo membuat tempat ini dengan mudah disaksikan oleh para pengendara yang melewati jalan itu, dengan tema kuno klasik tempat ini terlihat indah ditambah dengan pepohonan rindang yang menambah suasana tempat ini nyaman dikunjungi. Pengunjung terbanyak adalah anak-anak sekolah tingkat TK dan SD untuk berekreasi dan mencoba berkeliling dengan kereta mini yang ditawarkan oleh pengelola tempat tersebut.

            Adapun harga tiket masuk yang sangat terjangkau membuat tempat wisata ini semakin digemari masyarakat. Selain untuk berwisata, tempat ini ternyata juga dapat dijadikan untuk foto pre-wedd bagi yang menginginkan konsep foto kuno klasik, tidak hanya pre-wedd namun juga berbagai jenis pemotretan dapat menggunakan tempat yang kaya akan sejarah tersebut.


2.4  Strategi Pengembangan Pabrik Gula dan Pemasaran

·         Model pengembangan Educultural-Tourism

            Model pendekatan pendidikan dan budaya (Educultural) sebagaimana dimaksud ditawarkan sebagai sarana yang efektif untuk mengakomodir pengembangan tata nilai, budaya, dan kesejarahan dalam konteks pembangunan obyek kepariwisataan pabrik gula. Sebagai salah satu aspek pembangunan maka sektor wisata pendidikan akan memberikan peran penting bagi terwujudnya generasi masa depan bangsa yang tercerahkan. Diri sisi pendidikan jelas akan memberikan kontribusi yang sangat penting dan berharga khususnya dalam hal pencerdasan warga negara. Pada konteks tersebut Pengarusutamaan wisata pendidikan merupakan penegasan dan pengutamaan tugas-tugas dan misi suci (mission sacre) pendidikan pada aspek pengembangan sikap (afektif) pada ”sistem nilai budaya” dan ”sikap” atau sikap mental, selain aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik). Pengetahuan (kongnitif) dan Keterampilan (psikomotorik) adalah suatu kemampuan yang penting di miliki oleh generasi muda dalam menyambut masa depan bangsa.

Beranjak dari pengertian diatas maka langkah strategis yang dapat ditempuh sebagai model pengembangan wisata sejarah berbasis pendidikan dan budaya antara lain:

            Pertama, Melakukan perbaikan infrastruktur pengembangan wisata sejarah pendidikan dan budaya pabrik gula di daerah. Sebagai contoh mengoptimalkan dokumentasi, ensiklopedia, sarana dan prasarana yang ada serta mempersiapkan pedoman (guidence) yang memberikan dasar-dasar produksi gula pada saat masa tanam sampai pada masa produksi sekaligus menjamin ketersediaan pemandu wisata (guide) yang kesemuanya di era teknologi informasi saat ini stragtegi promosi yang dilakukan dapat melalui berbagai media digital, cetak dan elektronik. Dengan demikian obyek wisata sejara pabrik gula yang berbasis pendidikan dapat dinikmati oleh berbagai komponen masyarakat maupun institusi pendidikan baik pada tingkat dasar, menengah, atas bahkan perguruan tinggi.

            Demikian halnya potensi wisata yang telah dikembangkan oleh pabrik gula pangka maupun pabrik gula gondang baru PTPN IX yang menyediakan fasilitas wisata berupa 1) kunjungan kebun tebu dan Pabrik, 2) Museum dan Perpustakaan, 3) Auditorium, 4) Alat Transportasi Pengangkut Tebu Tempo Dulu, Coffee Shop. Lebih lanjut dengan adanya fasilitas yang sudah ada nampaknya perlu untuk dikembangkan suatu kawasan sentra strategis obyek wisata industri gula dengan memasrkan berbagai produk gula yang murah dan berkualitas. Dengan demikian diharapkan daya tarik obyek wisata sejarah pabrik gula akan mampu memikat kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
            Kedua, Bahwa berdasarkan ketentuan UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutukan bahwa Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Oleh karena itu pengembangan wisata sejarah pabrik gula berbasis pada pendidikan dan budaya harus diarahkan pada upaya terwujudnya sinergitas dan koordinasi dengan Pemerintah, Pemerintah daerah dari sisi kebijakan dan anggaran (budget), maupun dunia usaha dari sisi investasi sehingga tujuan daripada model pengembangan wisata sejarah pabrik gula berbasis pada pendidikan dan budaya akan mampu untuk 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2) meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3)  menghapus kemiskinan; 4) mengatasi pengangguran; 5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;  6) memajukan kebudayaan; 7) mengangkat citra bangsa; 8) memupuk rasa cinta tanah air; 9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan 10) mempererat persahabatan antarbangsa sebagaimana amanat kebijakan dan regulasi nasional di bidang kepariwisataan.

            Ketiga, dalam usaha pengembangan wisata sejarah pabrik gula maka di butuhkan komitmen dan keseriusan untuk membuka diri melalui strategi manajemen keterbukaan (open management) sehingga menjadikan kawasan wisata pabrik gula sebagai zona riset yang dapat dimanfaatakan oleh berbagai kalangan antara lain perguruan tinggi maupun lembaga riset untuk kepentingan penelitian lintas displin ilmu pengetahuan yang pada prinsipinya hasil dari pada penelitian dimaksud diarahkan untuk dapat dimanfaatkan dan berkontribusi bagi pengembangan iklim ekonomi yang kondusif dengan berbagai model temuan, kreatifitas dan rekayasa pengembangan guna menopang peningkatan produktifitas dan kemajuan wisata sejarah berbasis pendidikan dan budaya.

            Berdasarkan penjelasan diatas maka tiga pilar strategi pengembangan dan pemasaran terhadap obyek wisata pabrik gula yang berbasis pada pendidikan dan budaya diharapakan mampu memperluas pangsa pasar produksi gula yang tidak hanya diukur dari sisi kuantitas semata akan tetapi sebagai institusi keberadaan pabrik gula juga memiliki kepekaan untuk menumbuh kembangkan tata nilai warisan kearifan lokal (local wisdom) sehingga kedepan wisata sejarah pabrik gula berbasis pendidikan dan budaya akan mampu dikembangkan lebih lanjut menjadi warisan budaya menuju ke arah kearifan global (global wisdom).

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

            Sebagai salah satu wisata sejarah, pabrik gula adalah suatu tempat yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat, serta memiliki nilai jual tinggi apabila dikelola secara tepat dan maksimal. Pengembangan potensi wisata sejarah pabrik gula ini sangat bermanfaat untuk daerah setempat karena dapat meningkatkan perekonomian daerah tersebut, maka dari itu sudah selayaknya potensi-potensi yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya guna kemaslahatan manusia.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Info Kita | TNB